efek bintang bertaburan pada kurso

Efek Blog

Kamis, 30 Mei 2013

SEBAB-SEBAB ISLAM CEPAT BERKEMBANG DI INDONESIA




SEBAB-SEBAB ISLAM CEPAT BERKEMBANG
DI INDONESIA

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Sejarah  Islam di Indonesia
Dosen Pengampu: MAFTUKHAH, M.SI.




Disusun oleh:

Tarqiyah Ulfa                       (103111101)
Maria Ulfa                             (103111124)
Nafiul Huda                          (103111129)




FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012

SEBAB-SEBAB ISLAM CEPAT BERKEMBANG
DI INDONESIA

I.                   PENDAHULUAN
Lahirnya agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW, pada abad ke-7 M, menimbulkan suatu tenaga penggerak yang luar biasa, yang pernah dialami oleh umat manusia. Islam merupakan gerakan raksasa yang telah berjalan sepanjang zaman dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Datangnya agama Islam ke Nusantara ternyata tidak hanya menimbulkan perubahan pada kehidupan keagamaan penduduk di kepulauan ini, dari beragama tradisional  kepada beragama Islam, tetapi juga menyebabkan timbulnya perubahan pelbagai pranata kehidupan social politik. Sebelum datangnya Islam, nusantara telah terdapat lembaga pemerintahan yang pada umumnya dikuasai oleh raja-raja Hindu-Budha.
      Masuk dan berkembangnya Islam ke Indonesia dipandang dari segi historis dan sosiologis sangat kompleks dan terdapat banyak masalah, terutama tentang sejarah perkembangan awal Islam.
Datangnya Islam ke Indonesia dilakukan secara damai, dapat dilihat melalui jalur perdagangan, dakwah, perkawinan, ajaran tasawuf dan tarekat, serta jalur kesenian dan pendidikan, yang semuanya mendukung proses cepatnya Islam masuk dan berkembang di Indonesia.

II.                RUMUSAN MASALAH
A.    Apa Saja yang Menyebabkan Islam Cepat Berkembang di Indonesia?
B.  Jalur Apa Saja yang Digunakan oleh Para Tokoh Penyebar Agama Islam di Indonesia?

III.             PEMBAHSAN
A.    Sebab-sebab Agama Islam Cepat Berkembang di Indonesia
Sekitar permulaan abad XV, Islam telah memperkuat kedudukannya di Malaka, pusat rute perdagangan Asia Tenggara yang kemudian melebarkan sayapnya ke wilayah-wilayah Indonesia lainnya. Pada permulaan abad tersebut, Islam sudah bisa menjejakkan kakinya ke Maluku, dan yang terpenting ke beberapa kota perdagangan di pesisir utara pulau Jawa yang selama beberapa abad menjadi pusat kerajaan Hindu yaitu kerajaan Majapahit. Dalam waktu yang tidak terlalu lama yakni permulaan abad XVII dengan masuk Islamnya  penguasa kerajaan Mataram yaitu Sultan Agung, kemenangan agama tersebut hampir meliputi sebagian besar wilayah Indonesia. Berbeda dengan masuknya Islam ke negara-negara di bagian dunia lainnya yakni dengan kekuatan militer, masuknya Islam ke Indonesia itu dengan cara damai disertai dengan jiwa toleran dan saling menghargai antara penyebar dan pemeluk agama baru dengan penganut-penganut agama lama (Hindu-Budha).[1]
Ada beberapa hal yang menyebabkan agama Islam cepat berkembang di Indonesia. Menurut Dr. Adil Muhyidin Al-Allusi, seorang penulis sejarah Islam dari Timur Tengah, menyatakan bahwa ada tiga factor yang menyebabkan Islam cepat berkembang di Indonesia, yaitu sebagai berikut:
1.      Faktor Agama
Faktor agama, yaitu akidah islam itu sendiri dan dasar-dasarnya yang memerintahkan menjunjung tinggi kepribadian dan meningkatkan harkat dan martabatnya, menghapuskan kekuasaan kelas rohaniwan seperti Brahmana dalam system kasta yang diajarkan Hindu. Masyarakat yang diyakinkan bahwa dalam Islam semua lapisan masyarakat sama kedudukannya, tidak ada yang lebih utama dalam pandangan Allah kecuali karena taqwanya. Mereka juga sama didalam hukum, tidak ada yang diistemewakan meskipun ia keturunan bangsawan. Dengan demikian, semua lapisan masyarakat  dapat saling hidup rukun, bersaudara, bergotong royong, saling menghargai, saling mengasihi, bersikap adil, sehingga toleransi Islam merupakan ciri utama bangsa ini yang di kenal dunia dewasa ini. Selain itu akidah sufi kaum muslimin juga ikut membantu memasyarakatkan Islam di Indonesia, karena memiliki banyak persamaan dengan kepercayaan kuno Indonesia, yang cenderung menghargai pada pandangan dunia mistik. Seperti kepercayaan pada tiga dewa, yaitu dewa kecantikan, kemahiran, dan kesenian, yang diwariskan Hindu yang dasarnya menganut animisme.
2.      Faktor Politik
Faktor politik yang diwarnai oleh pertarungan dalam negeri antara negara-negara dan penguasa-penguasa Indonesia, serat oleh pertarungan negara-negara bagian itu dengan pemerintah pusatnya yang beragama Hindu. Hal tersebut mendorong para penguasa, para bangsawan dan para pejabat di negara-negara bagian tersebut untuk menganut agama Islam, yang di pandang mereka sebagai senjata ampuh untuk melawan dan menumbangkan kekuatan Hindu. Hal itu dapat di buktikan hingga kini, bahwa apabila semangat keislaman dibangkitkan ditengah-tengah masyarakat Indonesia, baik di Sumatra, Jawa maupun kepulauan Indonesia lainnya, dengan mudah sekali seluruh kekuatan dan semangat keislaman itu akan bangkit serentak sebagai suatu kekuatan kekuatan yang dahsyat.
3.      Faktor Ekonomi
Factor ekonomis yang pertama diperankan oleh para pedagang yang menggunakan jalan laut, baik antar kepulauan Indonesia sendiri, maupun yang melampaui perairan Indonesia ke Cina, India, dan Teluk Arab/Parsi yang merupakan pendukung utamanya, karena telah memberikaan keuntungan yang tidak sedikit sekaligus mendatangkan bea masuk yang besar bagi pelabuhan-pelabuhan yang disinggahinya, baik menyangkut barang-barang yang masuk maupun yang keluar. Ternyata orang-orang yang terlibat dalam perdagangan itu bukan hanya para pedagang, tetapi dianatara mereka terdapat para penguasa negara-negara bagian, pejabat negara dan kaum bangsawan. Karena perdagangan melalui lautan Indonesia dan India hampir seluruhnya dikuasai pedagang arab, maka para pedagang Indonesia yang terdiri dari para pejabat dan bangsawan itu, yang bertindak sebagai ageb-agen barang Indonesia yang akan dikirim ke luar dan sebagai penyalur barang-barang yang masuk ke Indonesia, banyak berhubungan dengan para pedagang muslim Arab yang sekaligus mengajak mereka. [2]
Dalam waktu yang relative cepat, ternyata agama Islam dapat diterima dengan baik oleh sebagian besar lapisan masyarakat Indonesia, mulai dari rakyat jelata hingga kaum bangsawan.
Ada beberapa factor yang menyebabkan agama Islam dapat berkembang cepat di Indonesia. Di antaranya sebagai berikut:
1.      Syarat untuk masuk agama Islam sangatlah mudah. Seseorang hanya butuh mengucapkan kalimat syahadat untuk bisa secara resmi menganut agama Islam.
2.      Agama Islam tidak mengenal system pembagian masyarakat berdasarkan kasta. Dalam ajaran agama Islam tidak dikenal adanya berbedaan golongan dalam masyarakat. Setiap anggota masyarakta mempunyai kedudukan yang sama sebagai hamba Allah SWT.
3.      Penyebaran agama Islam dilakukan dengan jalan yang relative damai (tanpa melalui kekerasan).
4.      Sifat bangsa Indonesia yang ramah tamah member peluang untuk bergaul lebih erat dengan bangsa lain. Di dalam pergaulan yang erat itu kemudian terjadi saling mempengaruhi dan saling pengertian.
5.      Upacara-upacara keagamaan dalam Islam lebih sederhana.[3]
 Faktor-faktor di atas didukung pula dengan semangat para penganut Islam untuk terus menyebarkan agama yang telah dianutnya, karena bagi penganut agama Islam, menyebarkan agama Islam adalah merupakan sebuah kewajiban.
Dalam bukunya Musyrifah Sunanto menyebutkan konversi massal masyarakat Nusantara kepada Islam terjadi karena beberapa sebab sebagai berikut:
1. Portabilitas (siap pakai) system keimanan Islam. Sebelum Islam datang, system kepercayaan local berpusat pada penyembanhan arwah nenek moyang yang tidak portable (siap pakai dimanapun dan berlaku kapanpun). Begitu system kepercayaan local seperti ini jauh dari lanskap atau lingkungan, ketika itulah mereka lepas dari perlindungan  yang kontinyu yang konstan dari arwah  yang mereka puja,mereka harus berada tidak terlalu jauh atau terlalau dekat dari arwah nenek moyang mereka.
2. Asosiasi Islam dengan kekayaan. Ketika penduduk pribumi nusantara bertemu dan berinteraksi dengan orang muslim pendatang di pelabuhan, mereka adalah pedagang kaya. Karena kekayaan dan kekuatan ekonominya, mereka bisa memainkan peranan penting dalam bidang politik.
3. Kejayaan militer. Orang muslim dipandang  perkasa dan tangguh dalam peperangan. Majapahit dipercaya telah dikalahkan para pejuang muslim yang tidak bisa di tundukan secara megic. Penduduk setempat percaya bahwa mereka yang perkasa dan tangguh itu karena memiliki kekuatan-kekuatan adikodrati.
4. Memperkenalkan tulisan. Agama Islam memperkenalkan tulisan keberbagai ke wilayah Asia Tenggara yang sebagian besar belum mengenal tulisan.
5. Kepandaian dalam penyembuhan.
6. Pengajaran tentang moral.[4]
Salah satu factor penting yang menjadi daya tarik begi terjadinya konversi massal kepada Islam adalah tentang introduksi kebudayaan peradaban literasi yang relative universal bagi penduduk Indo-Melayu. Factor ini telah sering dikemukakan banyak ahli, khususnya al-Attas. Bahkan Al-Attas dengan terlalu bersemangat menyimpulkan bahwa pengenalan kebudayaan peradaban literasi  ini telah memunculkan semanagat rasionalisme dan intelektualisme bukan saja dikalangan keraton atau istana, tetapi juga dikalangan rakyat jelata.
Penyebaran Islam yang begitu massif di Indo-Melayu pada masa-masa ini, tidak hanya berkaitan dengan para pedagang atau lebih tepatnya dengan apa yang disebut  Reid sebagai “repaid commercialization” kawasan Asia Tenggara. Berbarengan dengan itu, penting pula dicatat  kehadiran para guru sufi pengembara yang berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain untuk menyebarkan Islam. Berbeda dengan para pedagang atau dunia  perdagangan pada umumnya yang berpusat  di wilayah-wilayah pesisir yang terbuka dan kosmopolitan itu, guru-guru sufi pengembara ini merambah daerah-daerah pedalaman yang tertutup, yang lebih di kuasai budaya agraris dan pandangan kosmopolitannya yang khas. [5]
Melalui sebab-sebab itulah Islam cepat berkembang dan mendapat pengikut yang banyak, meskipun ada perbedaan dalam mengungkapkan bagaimana Islam cepat berkembang di Indonesia.

B.     Jalur  yang Digunakan oleh Para Tokoh Penyebar Agama Islam di Indonesia
Kedatangan Islam dan penyebarannya kepada golongan bangsawan dan rakyat umumnya dilakukan secara damai. Menurut Uka Tjandrasasmita, saluran-saluran Islamisasi yang berkembang ada enam, yaitu:
1.      Saluran Perdagangan
Pada taraf permualaan, saluran islamisasi adalah perdagangan. Pedagang-pedagang yang menjadi pembawa dan penyebar Islam ke Indonesi, berdagang sambil berdakwah. Mungkin pula dalam perdagangannya itu, mereka disertai oleh beberapa orang muballigh yang pekerjaannya lebih khusus untuk mengajarkan agama. Salauran melalui perdagangan ini sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan, bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan saham.[6]  Mengutip pendapat Tome Pires berkenaan dengan saluran Islamisai melalui perdagangan ini, dipesisir pulau jawa, Uka Tjandrasasmita, menyebutkan bahwa para pedagang muslim banyak yang bermukim dipesisir pulau jawa yang saat itu penduduknya masih kafir. Mereka berhasil mendirikan masjid-masjid dan mendatangkan mullah-mullah dari luar sehingga jumlah mereka menjadi banyak, dan karenanya anak-anak muslim itu menjadi orang jawa dan kaya-kaya. Dibeberapa tempat penguasa-penguasa Jawa, yang menjabat sebagai  bupati-bupati  Majapahit yang ditempatkan dipesisir utara Jawa banyak yang masuk Islam, bukan hanya karena factor politik dalam negeri yang goyah, tetapi terutama karena factor hubungan ekonomi dengan pedagang-pedagang muslim. Dalam perkembangan selanjutnya, mereka kemudian mengambil alih perdagangan dan kekuasaan ditempat-tempat tinggalnya.
2.      Saluran Perkawinan
Dari sudut ekonomi, para pedagang Muslim memiliki status social yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi, terutama purti-putri bangsawan, tertarik untuk menjadi istri saudagar – saudagar itu. Sebelum kawin, mereka di islamkan terlebih dahulu. Setelah mereka mempunyai keturunan, lingkungan mereka makin luas. Akhirnya timbul kampong – kampung, daerah – daerah dan kerajaan – kerajaan muslim. Dalam perkembangn berikutnya, adapula wanita muslim yang dikawini oleh keturunan bangsawan. Jalur perkawinan ini lebih menguntungkan apabila terjadi antara saudagar muslim dengan anak bangsawan atau anak raja dan anak adipati, karena raja, adipati atau bangsawan itu kemudian turut mempercepat proses islamisasi. Demikianlah yang terjadi antara Raden Rahmad atau Sunan ampel dan Nyai Manila, Sunan Gunung Jati dan Putri Kawunganten, Brawijaya dengan Putri Campa yang menurunkan Raden Patah ( Raja pertama Demak).[7]

3.      Saluran Tasawuf
Dalam proses islamisasi, Islam tidak langsung secara merata diterima oleh lapisan bawah masyarakat. Jelas bahwa Islam pada awal masuk kewilayah Nusantara, khususnya di Indonesia, nuansa tasawuf sangat dominan. Hal tersebut dapat dimaklumi bahwa kondisi Indonesia ketika Islam datang factor Animisme, Dinamisme, Hindu dan Budha juga sangat dominan dipercayai oleh masyarakat. Dalam paham-paham kepercayaan dan agama tersebut nuansa mistik sangat kuat melekat pada pemeluk kepercayaan tersebut. Oleh karena itu menjadi lebih mudah diterima masyarakat Indonesia, masuknya Islam dengan warna tasawuf yang lebih menekan faham-faham mistik yang ketika itu menjadi “tren” masyarakat Indonesia.[8]
Pengajar – pengajar tasawuf, atau para sufi, mengajarkan teosofi yang bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam soal – soal magis dan mempunyai kekuatan – kekuatan menyembuhkan. Diantara mereka ada juga yang mengawini putri – putri bangsawan. Dengan tasawuf, bentuk Islam yang diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya menganut agama Hindu, sehingga agama baru itu mudah dimengerti dan diterima. Di antara ahli – ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra islam itu adalah Hamzah Fansuri di aceh, Syeh Lemah Abang, dan Sunan Panggung di Jawa.
4.      Saluran Pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang diselenggarakan oleh guru – guru agama, kyai – kyai, dan ulama – ulama. Di pesantren itu calon ulama, guru agama dan kyai mendapat pendidikan agama. Setelah mereka keluar dari pesantren, mereka pulang ke kampung masing – masing atau berdakwah ke tempat tertentu mengajarkan islam. Misalnya, pesantren yang di dirikan oleh Raden Rahmad di Ampel Denta Surabaya, dan Sunan Giri di Giri. Keluaran pesantren Giri ini, banyak yang diundang ke Maluku untuk mengajarkan agama Islam.
5.      Saluran Kesenian
Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang. Dikatakan, Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih dipetik dari cerita mahabarata dan Ramayana, tetapi didalam cerita itu di sisipkan ajaran dan nama – nama pahlawan Islam. Kesenian lain juga di jadikan media Islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad, dan sebagainya), seni arsitektur, dan seni ukir.
6.      Saluran Politik
Di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik Raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Di samping itu, baik di Sumatera dan Jawa maupun di Indonesia bagian timur, demi kepentingan politik, kerajaan kerajaan Islam memerangi kerajaan – kerajaan non Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk Islam.[9]
Begitulah Islam cepat berkembang dan menyebar di bumi  Indonesia ini, melalui jalur-jalur yang disebutkan di atas, yang di bawa oleh para pedagang, raja dan para sunan.

IV.             ANALISIS
Datangnya agama Islam ke Nusantara yang di bawa oleh para saudagar dan disebarkan oleh para ulama’ walisanga, ternyata tidak hanya menimbulkan perubahan pada kehidupan keagamaan penduduk di kepulauan ini, dari beragama tradisional  kepada beragama Islam, tetapi juga menyebabkan timbulnya perubahan pelbagai pranata kehidupan social politik. Sebelum datangnya Islam, Nusantara telah terdapat lembaga pemerintahan yang pada umumnya dikuasai oleh raja-raja Hindu-Budha.
                            Di antara keistimewaan Agama Islam ialah  tidak pernah memaksa seseorang untuk masuk ke dalamnya dan Islam sendiri tidak mengenal dengan yang namanya kasta seperti halnya dalam agama Hindu. Dalam berdakwah, para Muballig itu menggunakan jalur-jalur tradisi yang sudah dikenal oleh orang-orang Indonesia kuno. Yakni dengan melekatkan nilai-nilai Islam pada praktek dan kebiasaan tradisi setempat. Sehingga tampak bahwa ajaran Islam sangat luwes, mudah dan memenuhi kebutuhan masyarakat Jawa.
                         Hal ini menjadikan mudahnya Islam masuk ke Nusantara dan bahkan dengan mudahnya islam dapat berkembang dengan cepatnya, mungkin akan berbeda lagi ceritanya apabila Islam sendiri masuk ke Nusantara dengan jalan kekerasan. Penyebaran Islam tetap berpegang pada pedoman bahwa Islam adalah "Rahmatan LillAlamin" yaitu Rahmat bagi seluruh alam, (Bagaimana akan dikatakan sebagai Rahmat bagi seluruh alam jika penyebarannya dilakukan melalui paksaan???).
             Dengan adanya  pola penyebaran yang sudah dijelaskan diatas, seperti halnya faktor agama, ekonomi,  politik dan masih ada juga faktor lainnya yang menyebabkan Islam dengan mudah dapat diterima oleh masyarakat Indonesia. Sebab dengan proses penyebaran yang kultural ini, Islam mampu berkembang dengan pesat dan bahkan, bagi masyarakat pesisir, Islam adalah bagian dari kehidupan mereka yang tak terpisahkan. Inilah sebabnya, mengapa masyarakat pesisir dikenal sebagai masyarakat yang berkomitmen kuat terhadap agama Islam. Coba saja kita lihat disisi jalan pantura, dengan banyaknya masjid yang berdiri kokoh dipinggiran jalan adalah bukti dari faktor perdagangan dalam menyapaikan agama islam di wilayah pesisir laut jawa.  Dengan  demikian, sepertinya perkembangan wajah Islam di negeri ini sama sekali berbeda dengan perkembangan Islam di wilayah-wilayah lain. Perbedaan ini menyangkut karakteristik dan cirikhas wajah Islam Indonesia yang tidak dijumpai pada wajah Islam manapun, termasuk di Timur Tengah. Tentu saja, karakteristik yang dimiliki oleh Islam Indonesia ini memunculkan pelbagai pertanyaan menyangkut kemungkinan persenyawaan Islam dengan budaya setempat, sehingga menjadikan wajah Islam Indonesia berbeda dengan wajah Islam lainnya.
           
V.                KESIMPULAN
Jadi ada beberapa hal yang menyebabkan agama Islam cepat berkembang di Indonesia. Menurut Dr. Adil Muhyidin Al-Allusi, seorang penulis sejarah Islam dari Timur Tengah, menyatakan bahwa ada tiga factor yang menyebabkan Islam cepat berkembang di Indonesia, yaitu sebagai berikut: Pertama adalah faktor agama, kedua faktor ekonomi, dan yang ketiga adalah faktor politik.
Dalam buku lain juga di jelaskan beberapa faktor yang menyebabkan agama Islam dapat berkembang cepat di Indonesia, yaitu: syarat untuk masuk agama Islam sangatlah mudah, Agama Islam tidak mengenal sistem pembagian masyarakat berdasarkan kasta. Penyebaran agama Islam dilakukan dengan jalan yang relative damai (tanpa melalui kekerasan), sifat bangsa Indonesia yang ramah tamah memberi peluang untuk bergaul lebih erat dengan bangsa lain, upacara-upacara keagamaan dalam Islam lebih sederhana.
Dalam bukunya Musyrifah Sunanto juga disebutkan beberapa sebabIslam cepat berkembang di Indonesia, yaitu: Portabilitas (siap pakai) system keimanan Islam, asosiasi Islam dengan kekayaan, kejayaan militer, orang muslim dipandang  perkasa dan tangguh dalam peperangan, memperkenalkan tulisan, kepandaian dalam penyembuhan, pengajaran tentang moral.
Adapun jalur-jalur yang di gunakan dalam menyebarluaskan Islam sehingga dapat berkembang  dengan cepat antara lain adalah: jalur  perdagangan, jalur perkawinan, jalur tasawuf, jalur kesenian, jalur politik, dan jalur pendidikan. Hal-hal tersebut lah yang menjadikan Islam cepat berkembang pesat di bumi kita tercinta ini.
VI.             PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami buat. Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah  berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin....























DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: AMZAH, 2009

Azra,Azyumardi, Renaisans Islam Asia Tenggara, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,     1999

Darsono, dkk, Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam, Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2008

Syukur,Fatah, Sejarah Peradaban Islam, Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2009

Sunanto,Musyrifah, Sejarah Peradaban Islam di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010

Tohir,Ajid, Perkembangan Peradaban di Kawasan  Dunia Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2009

Yatim,Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003





[1] Ajid Tohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan  Dunia Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm.291
[2] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: AMZAH, 2009), hlm. 316-318
[3] Darsono, dkk, Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam, (Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2008), hlm, 7-8
[4] Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 18-20
[5] Azyumardi Azra, Renaisans Islam Asia Tenggara, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999), hlm.23
[6] Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2009),hlm. 182-183
[7] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 201-202
[8] Samsul Munir Amin, Op., Cit, hlm. 312
[9] Badri Yatim, Op., Cit, hlm. 202-203

1 komentar: